Sabtu, 17 Desember 2016

Pemikiran Politik Syiah

A.   Latar Belakang
Seperti yang telah diketahui umat Islam diseluruh dunia bahwa stelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. Banyak sekali golongan-golongan yang muncul , yang tidak ada pada masa Rasulullah maupun Khulafaur al-Rasyidin . Salah satu golongan yang paling menarik untuk dibahas ialah golongan syiah .
Sejarah politik Islam juga banyak diwarnai oleh pemikiran politik syiah , meskipun mayoritas negara umat Islam hari ini menggunakan politik demokrasi Barat .
Sejak awal aliran syiah yang kental dan mendasar adalah masalah kepemimpinan ( imamah ) . Ajaran inilah yang mempersatukan kaum syiah dan yang membedakannya dengan aliran politik lainnya .
Meskipun demikian , dalam perkembangan selanjutnya ajaran itu juga yang menjadikan syiah menjadi terpecah-belah menjadi sejumlah aliran atau golongan atau juga disebut sekte .
Hal ini terjadi setelah Ali Bin Abi Thalib wafat . Orang-orang syiah tidak lagi mempunyai sikpa yang sama dalam menempatkan posisi keturunan Ali sebagai imam .
Diantara banyaknya aliran-aliran syiah yang muncul ada beberapa aliran besar yang akan dijelaskan dalam makalah ini , dalam upaya mengenai konsep imamah serta ajaran-ajaran syiah lainnya .














B.   Bab . I
( Pembahasan )
A.    Asal-Usul Syiah
Ketika Nabi Muhammad Saw wafat . Para sahabat memikirkan siapa yang akan menggantikan Nabi Muhammad Saw . Sebagian dari mereka menunjuk kepada Abu Bakar sebahagian yang lainnya menunjuk kepada Ali Bin Abi Thalib . Mereka yang menunjuk kepada Ali beranggapan bahwa Ali lebih pantas menjadi khalifah dikarenakan Ali adalah sepupu Nabi sekaligus menantu Nabi Muhammad Saw . Sebahagian sahabat yang menunjuk Ali ini kemudian dikenal sebagai golongan syiah[1] .
Tentang asal usul syiah banyak sekali pendapat yang dikemukakan diantaranya adalah pendapat “ Muhammad Iqbal ” dalam bukunya yang berjudul “ Fiqh Siyasah “ menyatakan bahwa syiah lahir sebagai reaksi atas mayoritas kelompok sunni yang sejak wafatnya Nabi Muhammad Saw . Telah mendominasi percaturan politik Islam [2].
Abu Zahrah menerangkan tentang masa lahirnya syiah dalam kitabnya “ Al-Mazahibur Islamiyah “ . Sebagaimana yang dikutip oleh Abubakar Aceh dalam bukunya dinyatakan bahwa “ Syiah itu adalah suatu mazhab politik yang paling sangat tua , lahir pada akhir pemerintahan ustman , tumbuh , bertambah , dan tersebar dalam masa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib .  Selanjutnya , menerangkan , bahwa mazhab syiah itu lahir pada masa waktu peperangan “ jamal “ juga ia menerangkan bahwa “ Syiah itu lahir bersamaan dengan lahirnya golongan khawarij [3].
Selanjutnya , Munawir Sadzali berpendapat bahwa “ syiah adalah golongan yang tidak setuju atas kekhalifaan Abu Bakar dan berpendapat bahwa yang berhak menjadi khalifah pengganti Nabi adalah Ali [4].
Para penulis sejarah sebagaimana yang telah dijelaskan di Ensiklopedia Islam sebahagian menganggap bahwa syiah lahir setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw . Yaitu pada saat perebutan kekuasaan antara golongan Muhajirin & Anshor di balai pertemuan Tsaqifah Bani Saidah .
Sebahagian ahli sejarah lagi menganggap syiah lahir pada masa akhir khlifah Ustman Bin Affan atau pada masa awal kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib .
Dan pendapat yang paling populer adalah syiah lahir setelah gagalnya perundingan antara pihak pasuka Ali dan Muawiyah di perang siffin , yang dikenal dengan peristiwa “ At-Tahkim “ . Pendapat ini juga sudah diperkuat oleh Abu Zahrah sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas.
Tetapi orang-orang syiah seperti Muhammad Jawad Mughniyah berpendapat bahwa sejarah lahirnya syiah bersamaan dengan lahirnya Nash Nabi mengenai pengangkatan Ali menjadi Khalifah .
Beliau juga menyangkal pendapat yang mengatakan bahwa sebab-sebab lahirnya syiah ialah politik yang ditujukan untuk menguasai pemerintahan setekah wafatnya Nabi Muhammad Saw . Karena , sebab-sebab mengemukakan Ali Bin Abi Thalib sebagai khalifah pertama tidak semata-mata atas dasar politik tetapi berdasarkan nash Nabi Muhammad yang mengutamakan Ali sebagai pengganti Nabi Muhammad Saw setelah beliau wafat . Nash ini adalah perbuatan , perkataan Nabi Muhammad sebelum beliau wafat[5] .
Kelompok syiah mengemukakan sebuah hadist untuk menguatkan adanya wasiat dari Nabi Muhammad Saw . Tentang kekhalifaan Ali sebelum Nabi Muhammad Saw wafat dan kesehatan beliau mulai menurun , Nabi meminta alat tulis kepada sahabat yang ada disekitar beliau , kemudian Nabi bersabda “ Bawakan untukku alat tulis , aku akan menyampaikan sesuatu pesan untukmu , supaya kalian tidak melakukan kesalahan nanti setelah aku wafat “ . Namun , umar pada saat itu menolak perkataan Nabi , dan berkata “ Kitab Allah cukuplah bagi kami “ . Karena umar merasa sakit Nabi sudah terlampau parah , sehingga tidak seharusnya Nabi Muhammad Saw memaksakan diri untuk menulis suatu pesan atau wasiat .
Golongan syiah mengartikan bahwa ketika Nabi meminta alat tulis sebenarnya Nabi ingin mendiktekan bahwa Ali yang akan menggantikan beliau [6].
Kaum syiah juga berkeyakinan bahwa sebenarnya Nabi telah menunjuk calon penggantinya yaitu Ali . Penunjukkan itu dilakukan Nabi dalam perjalannya kembali dari haji wada pada tanggal 18 Dzulhijjah 11 Hijriah ( 623 M ) Disebuah tempat yang bernama Ghadir Khum ( Kalam Kum ) ditempat ini Nabi telah membuat pernyataan bersejarah yang telah diriwayatkan dalam berbagai versi .
Bunyinya sebagai berikut :
“ Kurasa seakan seakan-akan segera akan dipanggil Allah & segera pula memenuhi panggilan itu , dan sesungguhnya aku meninggalkan kepadamu al-Tsaqalain , yang satu lebih besar dari yang ke-2 :  yaitu kitab Allah dan itroh-ku . Jagalah baik-baik kedua peninggalanku itu, sebab keduanya tak akan terpisah sehingga berkumpul kembali denganku di al-Haudh .
      Kemudian beliau berkata lagi :
“ Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla adalah maula-ku , dan aku adalah maula bagi setiap mukmin ” .
Lalu beliau mengangkat tangan Ali dan berkata :
“ Barang siapa yang menganggapku sebagai pemimpin maka dia ini ( Ali ) adalah pemimpin baginya . Ya allah cintailah siapa yang mencintainya dan musuhilah siapa yang memusuhinya [7].  
Kata “ Maula “ atau wali dalam sabda Nabi tersebut memiliki arti pendukung , penolong , kawan karib , pecinta , pemimpin dan lainnya .
Sedangkan , kaum syiah memandang bahwa “ Maula “ dalam hadist tersebut adalah yang memiliki kekuasaan dan harus kepemimpinannya [8].
Oleh karena itu berdasarkan kedua hadist tersebut , mereka para golongan syiah menuduh Abu Bakar dan Umar merampas hak kekhalifaan Ali .
Dengan demikian dapat dipahami bahwa orang-orang syiah sangat yakin Ali yang menjadi pemegang tunggal estafet kepemimpinan umat Islam pasca wafatnya Nabi Muhammad Saw . Pada 12 Rabiul Awal 10 H / 08 Juni 632 M .
Tetapi nyatanya hal tersebut tidak berwujud langsung setelah wafatnya Nabi , karena setelah wafatnya Nabi kekhalifaan jatuh ketangan Abu Bakar selama dua tahun ( 632 – 634 M ) , setelah itu dilanjutkan Umar bin Khattab  selama 10 tahun ( 634 – 644 M ) lalu dilanjutkan oleh Ustman bin Affan ( 644 – 656 M ) sampai beliau wafat terbunuh , di hari ke-6 setelah wafatnya Ustman bin Affan barulah Ali bin Abi Thalib menjabat sebagai khalifah .
Tetapi sayang pada akhir pemerintahannya ia jatuh tersungkur dalam tangan Abdurrahman bin Mu’jam . Ketika itu menanglah kembali hawa nafsu syahwat  kegemaran dunia itu bersama dengan kemenangna Muawiyah . Dunia memang untukknya , tetapi akhirat menang untuk Ali . Sampai di saat dia dibunuh , sampai disaat ia melepaskan darah dan jiwanya yang suci murni , ia tetap berbuat amal shaleh , ia tetap suci , ia tetap bersih , ia tetap hendak mendekati Tuhan , apa yang lebih baik dari pada itu baginya .
Kehidupan inilah yang membuat syiah mencintai Ali , kelemahan – lembutan dan penderitaan Ali menyebabkan cinta yang tidak terbatas , dan kekejaman yang dilakukan terhadap orang dirinya menimbulkan golongan-golongan , seperti golongan syiah dalam bemacam-macam bentuknya ; yang masih dapat menahan dirinya dalam batas-batas keislaman hanya mencintai sebagai seorang sahabat , yang tidak dapat menahan perasaannya menganggapnya berjiwa suci .
Walaupun bibit syiah telah muncul pada saat pemilihan kekhalifaan Abu Bakar , namun dalam catatan sejarah Islam , mulai munculnya syiah adalah setelah wafatnya Ali , Selanjutnya , setelah peristiwa dibunuhnya Husein bin Ali di padang karbala ( 10 - 10- 680 M ) , barulah kemudian syiah menjelma menjadi sebuah kekuatan politik yang utuh .
Dengan demikian jelaslah bahwa awal berdirinya syiah tidaklah berisi kepercayaan atau paham agama yang khas seperti syiah yang kita lihat sekarang . Kehadiran syiah adalah sebagai respon politik dan dukungan orang – orang terhadap Ali . Tetapi setelah periode pertama berlalu , syiah terbagi menjadi beberapa bagian [9].   
B.     Sekte – Sekte Penting Dalam Aliran Syiah
Pada perkembangan selanjutnya , aliran syiah terpecah menjadi puluhan cabang atau sekte yang saling mengklaim merekalah yang paling memiliki otoritas kepemimpinan . Hal utama yang membuat syiah terpecah adalah masalah Imamah setelah kepemimpinan Ali , Hasan , serta Husein. Karena sejak wafatnya mereka , syiah berbeda pendapat tentang siapa yang akan mereka jadikan panutan atau pimpinan .
Pendapat yang sama juga dijabarkan “ M. Rusdi “ dalam bukunya “ Apa Itu Syiah “ ?  , bahwa sebab terjadinya perpecahan didalam tubuh syiah dikarenakan oleh dua hal :
1.      Perbedaan di dalam ajaran – ajarannya , dimana diantara mereka ada yang mendewakan para Imam serta juga mengkafirkan pihak lainnya , tetapi ada pula yang hanya keliru pandangan lain .
2.      Dikarenakan , banyaknya keturunan Ali . Dari sinilah sering terjadinya perbedaan dalam menentukan mana yang menjadi Imam dan mana yang tidak .
Pandangan itu diperkuat pula oleh sejarawan Muslim Ibnu Khaldun ia menyebutkan munculnya sekte – sekte dalam aliran syiah dimulai sejak siapakah yang akan menggantikan kekhalifaan sesudah Ali wafat . Sebahagian diantara mereka mengatakan yang menggantikan Ali harus dari keturunan Fatimah secara tetap satu demi satu secara bergantian , atau dilakukan dengan pertimbangan para pakar agama berdasarkan kealiman , ketaatan , pemurah , serta pemberani dan keluar memploklamirkan keimamahannya .
Sebahagian lagi mengatakan bahwa setelah Ali dan kedua putranya , kepemimpinan diserahkan kepada putera Ali yang lain bernama Muhammad bin Hanafiyah dan kedua putera – puteranya [10].
Dari sekian banyak jumlah sekte – sekte syiah , dapat dibagi menjadi beberapa golongan diantaranya :
1.      Sekte Moderat
2.      Sekte Ekstrem
3.      Dan Sekte Diantara Keduanya
Adapun Sekte ( kelompok ) Moderat adalah kelompok yang memandang Ali sebagai manusia biasa , mereka juga bisa menerima 3 kekhalifaan sebelum Ali baik ( Abu Bakar , Umar bin Khattab , dan Ustman bin Affan ) .
Sedangkan ,  Sekte ( kelompok ) Ekstrem adalah kelompok yang memandang Ali sebagai seorang Nabi yang bahkan kedudukannya lebih tinggi daripada Nabi Muhammad Saw . Bahkan ada yang menganggap Ali sebagai Tuhan , kelompok ini terbagi menjadi beberapa bagian :
1.      As – Sababiyah , yang merupakan kelompok pengikut Abdullah bin Sa’ba yang sempat menuhankan Ali .
2.      Al – Khatabiyah , yang merupakan kelompok pengikut Ja’far Ash Shadiq yang juga menuhankan Ali .
3.      Al – Ghurabiyah , kelompok yang mengutuk malaikat Jibril , karena mereka menganggap malaikat Jibril telah salah alamat dalam menyampaikan wahyu .
4.      Al – Qaramithah , Kelompok ini sudah terlalu esktrem , karena selain menuhankan Ali mereka juga membatalkan kewajiban sholat dan berpuasa dibulan Ramadan [11].  
Namun diantara semuanya , terdapat 3 sekte yang besar serta berpengaruh pada mazhab syiah yaitu:
1.      Syiah Imamiyah
Kebanyakan kelompok syiah saba’iyah ( pengikut Abdullah bin Sa’ba ) tersebar di segala tempat , dan kelompok syiah Imamiyah adalah salah satunya . Kelompok ini terpecah menjadi 3 kelompok yaitu : Hasaniyah , Nafsiyah , Hakamiyah , Salimiyah , Syaitaniyah , Zarariyah , Budaiyah , Mufawidhah , Yunusiyah , Baqiriyah , Hadhiriyah , Nuwusiyah , Ammariyah , Barikyah, Bathiniyah , Qaramithah , Syamithiyah , Ma’muniyah , Khadfiyah , Burquiyah , Janabiyah , Sab ‘ iyah , Mahdawiyah , Afthakhiyah , Mufaddhaliyah , Mamturiyah , Musawiyah , Raj’iyah , Ishakiyah , Ahmadiyah & Itsna Asyariyyah .
Kelompok syiah ini berpendapat bahwa Musa Al-Kazhim memang telah meninggal dan Imamah berpindah kepada puteranya . Ali Ridha yang terbunuh di Thur , kemudian digantikan oleh Muhammad at-Taqi al-Jawad , setelah meninggal digantikan oleh Ali ibn Muhammad an-Naqi yang terbunuh di Qum . Selanjutnya digantikan oleh Hasan as – Askari az – zaki sebagai imam dan ketika dia meninggal digantikan oleh Muhammad al-Qaim al – Munthadar akan memperoleh kegembiraan . Muhammad al – Qaim al – Munthadar menjadi imam yang kedua belas, Jadi kelompok ini juga disebut dengan imam dua belas . Sekte ini juga merupakan sekte terbesar yang menyakini bahwa Nabi Muhammad telah menetapkan dua belas imam sebagai penerus risalahnya , adapun nama – nama imam menurut golongan al – Imamiyah adalah sebagai berikut :   
1.      Al – Muthada ( Ali )
2.      Al – Mujtaba ( Hasan )
3.      Asy – Syahid
4.      Al – Sajjad
5.      Al – Baqir
6.      Ash – Shadiq
7.      Al – Kazhim ( Musa al – Kazhim )
8.      Ar – Ridha ( Ali ar – Rida )
9.      At – Taqi ( Mohd . at – Taqi )
10.  An – Naqi ( Ali al – Hadi )
11.  Az – Zaki ( Hasan al – Askari )
12.  Al – Hujjah al – Qaim al – Munthadar
Sebagai kelompok syiah terbesar , syiah Imamiyah ini memakai nama lain yaitu : Itsna Asyriyyh , al – Qathiyah , ar – Rafidah , ar – Jafa’riyah , dan al – khashshah . Syiah dua belas juga sebenarnya bukan kelompok yang hanya memusatkan perhatian pada persoalan imamah semata , tetapi juga terlibat aktif dalam pemikiran – pemikiran keislaman lainnya , seperti : Teologi, Fiqh , dan Filsafat .
Dalam teologi sekte ini dekat dengan golongan Muktazilah , akan tetapi dalam persoalan pokok-pokok agama mereka berbeda . Sedangkan , dalam bidang fiqh mereka tidak terikat pada suatu mazhab apapun .
2.      Syiah Ismailiyah
Sekte ini merupakan sekte terbesar kedua setelah sekte Imamiyah . Mereka disebut dengan sekte Ismailiyah karena mereka menerima keimaman Ismail bin Ja‘far . Sekte ini menerima keenam imam syiah yang terdahulu . Terbentuknya kelompok ini lebih dikarenakan perbedaan dalam penetapan penerus imam Jaf’ar ash – Shadiq .
Pada tahun 148 H / 765 M di kota Kufah sebagian orang syiah memisahkan dirinya . Pemisahan ini dikarenakan perjuangan melawan Dinasti Abbasiyah . Ide dibalik perjuangan itu adalah keyakinan bahwa pemerintahan yang berdasarkan keadilan hanya dapat terwujud bila dilakukan dibelakang kepemimpinan Ismail bin Ja’far ( anak tertua dari imam Ja’far ash – Shadiq ) .
Pada tahun 297 H pemerintahan pertama berhasil didirikan dan dikenal sebagai Fathimiyyun . Keberhasilan ini dibawah kepemimpinan imam Ismailiyah . Ubaidillah al – Mahdi . Pemerintahan Ismailiyah di bangun di daerah Afrika Utara . Pada tahun itu juga merupakan masa keemasan syi’ah Ismailiyah . Sedangkan krisis terbesarnya terjadi pada tahun 487 H / 1094 M . Kasus ini menyebabkan terjadinya perpecahan golongan syiah Ismailiyah menjadi dua bagian yaitu :
1.      Mustalawiyah , yang diakui secara resmi dari pemerintahan pusat di Afrika Utara , namun pada tahun 567 H ketika Dinasti Fathimiyyun runtuh Mustalawiyah dengan sendirinya tidak lagi memiliki kekuasaan .
2.      Nizariyah , merupakan kelompok yang memiliki pengikut terbesar , mereka bertempat tinggal di iran . Mereka hanya dapat bertahan selama 166 tahun yang dikenal dengan masa Alamut . Kekuatan mereka akhirnya runtuh akibat serangan bangsa mongol . Keruntuhan ini terjadi pada tahun 654 H / 1256 M .
Adapun kelompok Khojjah yang adalah kelompok terbesar syiah Ismailiyah saat ini hidup bertebaran di Jerman , Tajkistan , Khurasan , Afghanistan , dan lain – lain .

3.      Syiah Zaidiyah
Sekte ini muncul setelah meninggalnya Imam Ali zain al – Abidin , Imam ke – empat dalam syiah Imamiyah . Nama kelompok ini diambil dari nama pemimpinnya . yaitu Zaid bin Ali zain al-Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib . Sekte ini muncul pada tahun 94 H ketika imam an zain al – Abidin wafat .
Saat itu kelompok syiah terbagi kedalam dua kelompok yaitu :
1.      Kelompok pengikut Zaid bin Ali
2.      Dan , kelompok pengikut Muhammad al – Baqir bin Ali yang merupakan saudara Zaid .
Kelompok syiah zaidiyah merupakan kelompok syiah yang moderat , kelompok ini merupakan sekte yang paling dekat dengan sunni .
Pada abad ke – dua , perselisihan Muhammad al – Baqir dengan saudaranya Zaid bin Ali . Muhammad al – Baqir mengklaim bahwa dirinya sebagai imam berdasarkan nash dan wasiat dari imam yang sebelumnya . Kemudian Zaid bin Ali mengangkat dirinya sebagai imam di Kuffah .
Pada fase berikutnya , akibat kelemahan aliran zaidiyah dan serangan dari aliran – aliran syiah lainnya , dasar – dasar pemikiran aliran ini menjadi goyah atau kalah dan mati . Karena orang – orang yang membawa nama aliran Zaidiyah tidak membenarkan pengangkatan imam yang mafhdul ( bukan orang yang terbaik ) . Sehingga mereka dianggap termasuk aliran yang ekstrem . Mereka adalah yang menolak dan menentang kekhalifaan Abu Bakar , Umar , Ustman dan begitu hilanglah ciri khas dari aliran Zaidiyah generasi yang pertama .

Perbandingan Paham Dalam Mazhab Syiah
 Sekte

Kualifikasi Imam
      Doktrin




Jumlah Imam
Dasar Pengangkatan
Harus Ali?
Ismah
Ghaibah
Inthizar
Zaidiyah
    5
Isyaratsifat saja oleh Nabi
Tidak , ( Ali afdhal selainnya tidak )
Tidak
Tidak
Tidak
Ismailiyah ( Sab‘iyah )
    7
Wasiat Nabi secara tegas dalam hadist Ghadir Khum
Ya
Ya, (tidak pernah berdosa)
Ya
Ya
Imamiyah
(Itsna Asyariyah)
12
Wasiat Nabi secara tegas dalam hadist Ghadir Khum
Ya
Ya, (tidak pernah melakukan dosa)
Ya
Ya


C.    Pemikiran Imamah Dalam Sekte Syiah
Tujuan politik utama golongan syiah kebanyakan adalah memiliki pemimpin sejati yang diakui dan di patuhi . Dalam pandangan syiah mengenai kepemimpinan agama juga termasuk otoritas politik , melibatkan berbagai konsepsi tentang sifat dasar otoritas dan menggunakan berbagai metode argumentasi .
Dikalangan kelompok syiah hampir tidak dikenal bentuk pemisahan antara negara dan agama, karena setiap bentuk ritual politik disitupun akan ada ritual keagamaannya , seperti pada saat pemilihan pemimpin yang mereka sebut dengan imamah , mereka menganggap bahwa yang berhak menjadi seorang pemimpin adalah dari keturunan Nabi Muhammad Saw .
Dapat dilihat bahwa syiah tampaknya lebih politisi jika dibandingkan dengan sunni , karena latar belakang syiah pun lahir dari faktor politis ( kekuasaan ) . Karena dalam persaingan yang terjadi setelah wafatnya Rasulullah Saw . Ali dikalahkan oleh lawan – lawannya , maka reaksi mula – mula dari para pengikutnya hanya terbatas pada penyerangan terhadap kesalahan – kesalahan tertentu dari ketiga khalifah sebelumnya , sebagai bukti baik bagi hak kepenerusan Ali yang sah . 
Adapun pemikiran syiah terhadap keimaman dapat dirangkum sebagai berikut :
A.    Imam seharusnya dari keturunan Ali – Fatimah , tetapi tidak menutup kemungkinan jika D
B.     Imam tidak ma’sum , karena imam juga manusia yang berbuat salah dan juga dosa
C.     Tidak ada imam yang bersembunyi jika ada masalah dan tidak sanggup menghadapinya .
Dalam kepemimpinan golongan syiah menganut teori legitimilasi berdasarkan hak suci Tuhan. Dan Tuhan telah mendelegasikan hak sucinya kepada para Nabi salah satunya Nabi Muhammad Saw . Dan beliau telah mewasiatkannya kepada Ali , maka Ali yang menjadi pemegang hak penuh atas kepemimpinan pasa Nabi Wafat .
Imam atau khalifah dalam perspektif syiah bukanlah sebatas kelayakan politik semata , namun imam adalah kepentingan agama , karena bagi mereka kekhalifaan merupakan merupakan salah satu rukun agama yang fundamental dan disejajarkan kepentingannya dengan Al – Qu’ran dan As-Sunnah .
Mengingat kedudukan imam / khalifah yang begitu mulia dan agung , penting serta tinggi , maka menurut kepercayaan orang – orang syiah , tidak pantas jika masalah pemilihan dan pengangkatan imam dilakukan oleh orang yang bukan Nabi , tetapi haruslah diangkat oleh Tuhan melalui Nabi , atau melalui Ali atau seorang imam yang mendahului sebagai pemangku hak suci .
Dengan demikian menurut syiah pengangkatan imam itu adalah hak suci Tuhan , bukan berdasarkan kepada prinsip pemilihan demokratis . Bahkan ada beberapa golongan – golongan syiah berpendapat bahwa bukan saja seorang imam itu diangkat oleh imam sebelumnya , bahkan ruh imam yang sebelumnya itu berpindah kediri imam yang diangkatnya .


D.    Perkembangan Aliran Syiah Pada Masa Modern ( Sekarang )
Bertahun – tahun lamanya gerakan syiah hanya berputar di Iran , rumah dan kiblat utama golongan syiah . Namun sejak tahun 1979 , persis ketika  revolusi Iran meletus dan negeri ini dipimpin oleh Ayatullah Khomeini dengan cara menumbangkan rejim syiah Reza Pahlevi , syiah meresbes ke berbagai penjuru dunia . Kelompok – kelompok yang mengarah kepada gerakan syiah seperti yang terjadi di Iran , marak dan muncul dimana – mana .
Perkembangan syiah , yaitu gerakan yang mengatasnamakan mazhab Ahlul Bait ini memang cukup pesat , terlebih dikalangan masyarakat yang umumnya adalah awam dalam soal keagamaan, menjadi lahan empuk bagi gerakan – gerakan aliran sempalan untuk menggaet mereka menjadi sebuah komunitas , kelompok dan jama’ahnya .
E.     Doktrin Ajaran Syiah ( Taqiyah )
Untuk menghalangi perkembangan syiah ini sangatlah sulit . Hal itu dikarenakan syiah membuat doktrin dan ajaran yang disebut “ taqiyah “ . Apa itu taqiyah ? Taqiyah adalah konsep syiah dimana mereka diperbolehkan untuk memutarbalikan fakta ( berbohong ) untuk menutupi kesesatannya dan mengutarakan sesuatu yang tidak diyakininya . Konsep taqiyah ini diambil dari riwayat Imam Abu Ja’far Ash – Shadiq beliau berkata : “ Taqiyah adalah agamaku dan agama bapak – bapakku , seseorang tidak dianggap beragama bila ia tidak ber – taqiyah “ .
Jelas sudah bahwa syiah mewajibkan konsep taqiyah ini kepada para pengikutnya . Seorang syiah wajib bertaqiyah di depan siapa saja , baik orang mukmin yang bukan aliran syiah maupun orang kafir atau ketika kalah beradu argumentasi , terancam keselamatannya serta disaat dalam kondisi minoritas . Dalam keadaan minoritas dan terpojok , para tokoh syiah memerintahkan untuk meningkatkan taqiyah kepada para pengikutnya agar menyatu dengan kalangan Ahlu Sunnah Wal Jama’ah ,
Padahal arti taqiyah menurut pemahaman para ulama Ahli Sunnah Wal jama’ah berdasar pada Al – Qur’an dan As – Sunnah , taqiyah tidaklah wajib hukumnya , melainkan mubah , itupun dalam kondisi ketika menghadapi kaum musrikin demi menjaga keselamatan jiwanya dari siksaan yang akan menimpanya , atau dipaksa untuk kafir dan taqiyah ini merupakan pilihan terakhir karena tidak ada jalan lain .
Doktrin taqiyah dalam ajaran syiah merupakan strategi yang sangat hebat untuk mengembangkan pahamnya , serta untuk menghadapi kalangan Ahli Sunnah , hingga sangat sukar untuk diketahui gerakan mereka dan kesesatannya . 





C.   Bab II
( Penutup )
F.     Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa syiah merupakan sebuah kelompok fanatik yang mendukung Ali bin Abi Thalib , dan juga menggap bahwa Ali & keturunnya adalah harga mati untuk menggantikan Nabi Muhammad Saw . Setelah beliau wafat sebagai khalifah . Kehadiran syiah merupakan respon politik serta bentuk dukungan orang – orang terhadap Ali yang menurut mereka merupakan pemegang hak tunggal kepemimpinan pasca Nabi .
Namun seiring berjalannya waktu kaum syiah terpecah – belah menjadi banyak . Dan memunculkan tiga sekte yang terbesar dan terkenal yaitu :
1.      Sekte Imamiyah .
2.      Sekte Ismailiyah .
3.      Dan , sekte Zaidiyah .
Adapun alasan terpecah belahnya kaum syiah salah satunya adalah banyaknya perbedaan pendapat tentang siapa yang akan menggantikan kepemimpinan pasca wafatnya Ali , Hasan & Husein . Masing – masing sekte juga memiliki beberapa konsep imamah atau syarat – syarat seseorang yang dapat dijadikan Imam . 














D.   Bab III
G.    Daftar Pustaka

Ø Aceh , Abu Bakar , Perbandingan Mazhab Syiah , C.V. Ramadhani , Semarang , 1970 .
Ø Ali , Abdullah & Mariana Ariestyawati , Pemikiran Politik Islam , Kencana Media Group , Jakarta , 2006 .
Ø http://hudzai.wordpress.com ( Sekte – sekte dalam aliran syiah )
Ø Iqbal , Muhammad , Fiqh Siyasah , Prenada Media Group , Jakarta , Buku . I , 2014
Ø Ja’fari , Fadli Su’ud , Islam Syiah , Uin Maliki Press , Malang , 2009 .
Ø Karim , Abdul M . Sejarah Peradaban & Pemikiran Syiah , Bagaskara , yogyakarta, 2012 .
Ø Shihab , M . Qurays , Syiah & Sunni Bergandengan Tangan , Mungkinkah ? , Lentera Hati , Jakarta , 2007 .
Ø Yusro , Abdullah , Pemikiran Mazhab Syiah , C.V. Ramadhani , Semarang , 1965.
Ø Zhaheir , Ihsan Ilahi , Sejarah Pertumbuhan & Perkembangan Gerakan Syiah , Bagaskara , Yogyakarta , 2012 .

















[1] Abdullah Ali dan Mariana Ariestyawati , Pemikiran Politik Islam , ( Jakarta : Kencana Media Group 2006) . h.90
[2]Muhammad Iqbal , Fiqh Siyasah , ( Jakarta : Prenada Media Group , 2014 ) . Cet . I , h. 131
[3]  Abu Bakar Aceh , Perbandingan Mazhab Syiah , ( Semarang : C.V. Ramadhani , 1970 ) , h. 84
[4]  Abdullah Yusro , Pemikiran Mazhab Syiah , ( Semarang : C.V. Ramadhani , 1965 ) , h. 49
[5]  Abu Bakar Aceh , Loc. Cit , h. 1
[6] Fadli Su’ud Jafa’ri , Islam Syiah , ( Malang : Uin Maliki Press , 2010 ) , h. 19

[7]  Ibid , h. 27-28
[8]M . Abdul Karim , Sejarah Peradaban & Pemikiran Syiah , ( Yogyakarta , Bagaskara , 2012 ) , h.107
[9]Ihsan Ilahi Zhaheir , Sejarah Pertumbuhan & Perkembangan Gerakan Syiah , ( Yogyakarta : Bagasraya , 2012 ) , h. 43
[10]  Lihat di http://hudzai .wordpress.com ( Sekte – Sekte dalam Aliran Syiah )
[11] M . Qurays Shihab , Syiah & Sunni Bergandengan Tangan Mungkinkah ? , ( Jakarta : Lentera Hati , 2007 ), h. 72   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar