A. Latar Belakang
Seperti
yang telah diketahui umat Islam diseluruh dunia bahwa stelah wafatnya Nabi
Muhammad Saw. Banyak sekali golongan-golongan yang muncul , yang tidak ada pada
masa Rasulullah maupun Khulafaur al-Rasyidin . Salah satu golongan yang paling
menarik untuk dibahas ialah golongan syiah .
Sejarah
politik Islam juga banyak diwarnai oleh pemikiran politik syiah , meskipun
mayoritas negara umat Islam hari ini menggunakan politik demokrasi Barat .
Sejak
awal aliran syiah yang kental dan mendasar adalah masalah kepemimpinan ( imamah
) . Ajaran inilah yang mempersatukan kaum syiah dan yang membedakannya dengan
aliran politik lainnya .
Meskipun
demikian , dalam perkembangan selanjutnya ajaran itu juga yang menjadikan syiah
menjadi terpecah-belah menjadi sejumlah aliran atau golongan atau juga disebut
sekte .
Hal
ini terjadi setelah Ali Bin Abi Thalib wafat . Orang-orang syiah tidak lagi
mempunyai sikpa yang sama dalam menempatkan posisi keturunan Ali sebagai imam .
Diantara
banyaknya aliran-aliran syiah yang muncul ada beberapa aliran besar yang akan
dijelaskan dalam makalah ini , dalam upaya mengenai konsep imamah serta
ajaran-ajaran syiah lainnya .
B. Bab . I
( Pembahasan )
A. Asal-Usul Syiah
Ketika
Nabi Muhammad Saw wafat . Para sahabat memikirkan siapa yang akan menggantikan
Nabi Muhammad Saw . Sebagian dari mereka menunjuk kepada Abu Bakar sebahagian
yang lainnya menunjuk kepada Ali Bin Abi Thalib . Mereka yang menunjuk kepada
Ali beranggapan bahwa Ali lebih pantas menjadi khalifah dikarenakan Ali adalah
sepupu Nabi sekaligus menantu Nabi Muhammad Saw . Sebahagian sahabat yang
menunjuk Ali ini kemudian dikenal sebagai golongan syiah[1] .
Tentang
asal usul syiah banyak sekali pendapat yang dikemukakan diantaranya adalah
pendapat “ Muhammad Iqbal ” dalam bukunya yang berjudul “ Fiqh Siyasah “
menyatakan bahwa syiah lahir sebagai reaksi atas mayoritas kelompok sunni yang
sejak wafatnya Nabi Muhammad Saw . Telah mendominasi percaturan politik Islam [2].
Abu
Zahrah menerangkan tentang masa lahirnya syiah dalam kitabnya “ Al-Mazahibur
Islamiyah “ . Sebagaimana yang dikutip oleh Abubakar Aceh dalam bukunya
dinyatakan bahwa “ Syiah itu adalah suatu mazhab politik yang paling sangat tua
, lahir pada akhir pemerintahan ustman , tumbuh , bertambah , dan tersebar
dalam masa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib .
Selanjutnya , menerangkan , bahwa mazhab syiah itu lahir pada masa waktu
peperangan “ jamal “ juga ia menerangkan bahwa “ Syiah itu lahir bersamaan
dengan lahirnya golongan khawarij [3].
Selanjutnya
, Munawir Sadzali berpendapat bahwa “ syiah adalah golongan yang tidak setuju
atas kekhalifaan Abu Bakar dan berpendapat bahwa yang berhak menjadi khalifah
pengganti Nabi adalah Ali [4].
Para
penulis sejarah sebagaimana yang telah dijelaskan di Ensiklopedia Islam
sebahagian menganggap bahwa syiah lahir setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw .
Yaitu pada saat perebutan kekuasaan antara golongan Muhajirin & Anshor di
balai pertemuan Tsaqifah Bani Saidah .
Sebahagian
ahli sejarah lagi menganggap syiah lahir pada masa akhir khlifah Ustman Bin
Affan atau pada masa awal kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib .
Dan
pendapat yang paling populer adalah syiah lahir setelah gagalnya perundingan
antara pihak pasuka Ali dan Muawiyah di perang siffin , yang dikenal dengan
peristiwa “ At-Tahkim “ . Pendapat ini juga sudah diperkuat oleh Abu Zahrah
sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas.
Tetapi
orang-orang syiah seperti Muhammad Jawad Mughniyah berpendapat bahwa sejarah
lahirnya syiah bersamaan dengan lahirnya Nash Nabi mengenai pengangkatan Ali
menjadi Khalifah .
Beliau
juga menyangkal pendapat yang mengatakan bahwa sebab-sebab lahirnya syiah ialah
politik yang ditujukan untuk menguasai pemerintahan setekah wafatnya Nabi
Muhammad Saw . Karena , sebab-sebab mengemukakan Ali Bin Abi Thalib sebagai
khalifah pertama tidak semata-mata atas dasar politik tetapi berdasarkan nash
Nabi Muhammad yang mengutamakan Ali sebagai pengganti Nabi Muhammad Saw setelah
beliau wafat . Nash ini adalah perbuatan , perkataan Nabi Muhammad sebelum
beliau wafat[5]
.
Kelompok
syiah mengemukakan sebuah hadist untuk menguatkan adanya wasiat dari Nabi
Muhammad Saw . Tentang kekhalifaan Ali sebelum Nabi Muhammad Saw wafat dan
kesehatan beliau mulai menurun , Nabi meminta alat tulis kepada sahabat yang
ada disekitar beliau , kemudian Nabi bersabda “ Bawakan untukku alat tulis ,
aku akan menyampaikan sesuatu pesan untukmu , supaya kalian tidak melakukan
kesalahan nanti setelah aku wafat “ . Namun , umar pada saat itu menolak
perkataan Nabi , dan berkata “ Kitab Allah cukuplah bagi kami “ . Karena umar
merasa sakit Nabi sudah terlampau parah , sehingga tidak seharusnya Nabi
Muhammad Saw memaksakan diri untuk menulis suatu pesan atau wasiat .
Golongan
syiah mengartikan bahwa ketika Nabi meminta alat tulis sebenarnya Nabi ingin
mendiktekan bahwa Ali yang akan menggantikan beliau [6].
Kaum
syiah juga berkeyakinan bahwa sebenarnya Nabi telah menunjuk calon penggantinya
yaitu Ali . Penunjukkan itu dilakukan Nabi dalam perjalannya kembali dari haji
wada pada tanggal 18 Dzulhijjah 11 Hijriah ( 623 M ) Disebuah tempat yang
bernama Ghadir Khum ( Kalam Kum ) ditempat ini Nabi telah membuat pernyataan
bersejarah yang telah diriwayatkan dalam berbagai versi .
Bunyinya
sebagai berikut :
“ Kurasa seakan seakan-akan segera
akan dipanggil Allah & segera pula memenuhi panggilan itu , dan sesungguhnya
aku meninggalkan kepadamu al-Tsaqalain , yang satu lebih besar dari yang ke-2
: yaitu kitab Allah dan itroh-ku .
Jagalah baik-baik kedua peninggalanku itu, sebab keduanya tak akan terpisah
sehingga berkumpul kembali denganku di al-Haudh .
Kemudian beliau berkata lagi :
“ Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla
adalah maula-ku , dan aku adalah maula bagi setiap mukmin ” .
Lalu
beliau mengangkat tangan Ali dan berkata :
“ Barang siapa yang menganggapku
sebagai pemimpin maka dia ini ( Ali ) adalah pemimpin baginya . Ya allah
cintailah siapa yang mencintainya dan musuhilah siapa yang memusuhinya [7].
Kata
“ Maula “ atau wali dalam sabda Nabi tersebut memiliki arti pendukung ,
penolong , kawan karib , pecinta , pemimpin dan lainnya .
Sedangkan
, kaum syiah memandang bahwa “ Maula “ dalam hadist tersebut adalah yang
memiliki kekuasaan dan harus kepemimpinannya [8].
Oleh
karena itu berdasarkan kedua hadist tersebut , mereka para golongan syiah
menuduh Abu Bakar dan Umar merampas hak kekhalifaan Ali .
Dengan
demikian dapat dipahami bahwa orang-orang syiah sangat yakin Ali yang menjadi
pemegang tunggal estafet kepemimpinan umat Islam pasca wafatnya Nabi Muhammad
Saw . Pada 12 Rabiul Awal 10 H / 08 Juni 632 M .
Tetapi
nyatanya hal tersebut tidak berwujud langsung setelah wafatnya Nabi , karena
setelah wafatnya Nabi kekhalifaan jatuh ketangan Abu Bakar selama dua tahun (
632 – 634 M ) , setelah itu dilanjutkan Umar bin Khattab selama 10 tahun ( 634 – 644 M ) lalu
dilanjutkan oleh Ustman bin Affan ( 644 – 656 M ) sampai beliau wafat terbunuh
, di hari ke-6 setelah wafatnya Ustman bin Affan barulah Ali bin Abi Thalib
menjabat sebagai khalifah .
Tetapi
sayang pada akhir pemerintahannya ia jatuh tersungkur dalam tangan Abdurrahman
bin Mu’jam . Ketika itu menanglah kembali hawa nafsu syahwat kegemaran dunia itu bersama dengan kemenangna
Muawiyah . Dunia memang untukknya , tetapi akhirat menang untuk Ali . Sampai di
saat dia dibunuh , sampai disaat ia melepaskan darah dan jiwanya yang suci
murni , ia tetap berbuat amal shaleh , ia tetap suci , ia tetap bersih , ia
tetap hendak mendekati Tuhan , apa yang lebih baik dari pada itu baginya .
Kehidupan
inilah yang membuat syiah mencintai Ali , kelemahan – lembutan dan penderitaan
Ali menyebabkan cinta yang tidak terbatas , dan kekejaman yang dilakukan
terhadap orang dirinya menimbulkan golongan-golongan , seperti golongan syiah
dalam bemacam-macam bentuknya ; yang masih dapat menahan dirinya dalam
batas-batas keislaman hanya mencintai sebagai seorang sahabat , yang tidak
dapat menahan perasaannya menganggapnya berjiwa suci .
Walaupun
bibit syiah telah muncul pada saat pemilihan kekhalifaan Abu Bakar , namun
dalam catatan sejarah Islam , mulai munculnya syiah adalah setelah wafatnya Ali
, Selanjutnya , setelah peristiwa dibunuhnya Husein bin Ali di padang karbala (
10 - 10- 680 M ) , barulah kemudian syiah menjelma menjadi sebuah kekuatan
politik yang utuh .
Dengan
demikian jelaslah bahwa awal berdirinya syiah tidaklah berisi kepercayaan atau
paham agama yang khas seperti syiah yang kita lihat sekarang . Kehadiran syiah
adalah sebagai respon politik dan dukungan orang – orang terhadap Ali . Tetapi
setelah periode pertama berlalu , syiah terbagi menjadi beberapa bagian [9].
B. Sekte – Sekte Penting Dalam Aliran
Syiah
Pada
perkembangan selanjutnya , aliran syiah terpecah menjadi puluhan cabang atau
sekte yang saling mengklaim merekalah yang paling memiliki otoritas
kepemimpinan . Hal utama yang membuat syiah terpecah adalah masalah Imamah
setelah kepemimpinan Ali , Hasan , serta Husein. Karena sejak wafatnya mereka ,
syiah berbeda pendapat tentang siapa yang akan mereka jadikan panutan atau
pimpinan .
Pendapat
yang sama juga dijabarkan “ M. Rusdi “ dalam bukunya “ Apa Itu Syiah “ ? , bahwa sebab terjadinya perpecahan didalam
tubuh syiah dikarenakan oleh dua hal :
1.
Perbedaan di dalam ajaran – ajarannya ,
dimana diantara mereka ada yang mendewakan para Imam serta juga mengkafirkan
pihak lainnya , tetapi ada pula yang hanya keliru pandangan lain .
2.
Dikarenakan , banyaknya keturunan Ali .
Dari sinilah sering terjadinya perbedaan dalam menentukan mana yang menjadi
Imam dan mana yang tidak .
Pandangan
itu diperkuat pula oleh sejarawan Muslim Ibnu Khaldun ia menyebutkan munculnya
sekte – sekte dalam aliran syiah dimulai sejak siapakah yang akan menggantikan
kekhalifaan sesudah Ali wafat . Sebahagian diantara mereka mengatakan yang
menggantikan Ali harus dari keturunan Fatimah secara tetap satu demi satu
secara bergantian , atau dilakukan dengan pertimbangan para pakar agama
berdasarkan kealiman , ketaatan , pemurah , serta pemberani dan keluar
memploklamirkan keimamahannya .
Sebahagian lagi mengatakan bahwa setelah Ali dan
kedua putranya , kepemimpinan diserahkan kepada putera Ali yang lain bernama
Muhammad bin Hanafiyah dan kedua putera – puteranya [10].
Dari
sekian banyak jumlah sekte – sekte syiah , dapat dibagi menjadi beberapa
golongan diantaranya :
1.
Sekte Moderat
2.
Sekte Ekstrem
3.
Dan Sekte Diantara Keduanya
Adapun
Sekte ( kelompok ) Moderat adalah kelompok yang memandang Ali sebagai manusia
biasa , mereka juga bisa menerima 3 kekhalifaan sebelum Ali baik ( Abu Bakar ,
Umar bin Khattab , dan Ustman bin Affan ) .
Sedangkan
, Sekte ( kelompok ) Ekstrem adalah
kelompok yang memandang Ali sebagai seorang Nabi yang bahkan kedudukannya lebih
tinggi daripada Nabi Muhammad Saw . Bahkan ada yang menganggap Ali sebagai
Tuhan , kelompok ini terbagi menjadi beberapa bagian :
1.
As – Sababiyah , yang merupakan kelompok
pengikut Abdullah bin Sa’ba yang sempat menuhankan Ali .
2.
Al – Khatabiyah , yang merupakan
kelompok pengikut Ja’far Ash Shadiq yang juga menuhankan Ali .
3.
Al – Ghurabiyah , kelompok yang mengutuk
malaikat Jibril , karena mereka menganggap malaikat Jibril telah salah alamat
dalam menyampaikan wahyu .
4.
Al – Qaramithah , Kelompok ini sudah
terlalu esktrem , karena selain menuhankan Ali mereka juga membatalkan
kewajiban sholat dan berpuasa dibulan Ramadan [11].
Namun
diantara semuanya , terdapat 3 sekte yang besar serta berpengaruh pada mazhab
syiah yaitu:
1.
Syiah Imamiyah
Kebanyakan
kelompok syiah saba’iyah ( pengikut Abdullah bin Sa’ba ) tersebar di segala
tempat , dan kelompok syiah Imamiyah adalah salah satunya . Kelompok ini
terpecah menjadi 3 kelompok yaitu : Hasaniyah
, Nafsiyah , Hakamiyah , Salimiyah , Syaitaniyah , Zarariyah , Budaiyah ,
Mufawidhah , Yunusiyah , Baqiriyah , Hadhiriyah , Nuwusiyah , Ammariyah ,
Barikyah, Bathiniyah , Qaramithah , Syamithiyah , Ma’muniyah , Khadfiyah ,
Burquiyah , Janabiyah , Sab ‘ iyah , Mahdawiyah , Afthakhiyah , Mufaddhaliyah ,
Mamturiyah , Musawiyah , Raj’iyah , Ishakiyah , Ahmadiyah & Itsna
Asyariyyah .
Kelompok
syiah ini berpendapat bahwa Musa Al-Kazhim memang telah meninggal dan Imamah
berpindah kepada puteranya . Ali Ridha yang terbunuh di Thur , kemudian digantikan
oleh Muhammad at-Taqi al-Jawad , setelah meninggal digantikan oleh Ali ibn
Muhammad an-Naqi yang terbunuh di Qum . Selanjutnya digantikan oleh Hasan as –
Askari az – zaki sebagai imam dan ketika dia meninggal digantikan oleh Muhammad
al-Qaim al – Munthadar akan memperoleh kegembiraan . Muhammad al – Qaim al –
Munthadar menjadi imam yang kedua belas, Jadi kelompok ini juga disebut dengan
imam dua belas . Sekte ini juga merupakan sekte terbesar yang menyakini bahwa
Nabi Muhammad telah menetapkan dua belas imam sebagai penerus risalahnya ,
adapun nama – nama imam menurut golongan al – Imamiyah adalah sebagai berikut
:
1.
Al – Muthada ( Ali )
2.
Al – Mujtaba ( Hasan )
3.
Asy – Syahid
4.
Al – Sajjad
5.
Al – Baqir
6.
Ash – Shadiq
7.
Al – Kazhim ( Musa al – Kazhim )
8.
Ar – Ridha ( Ali ar – Rida )
9.
At – Taqi ( Mohd . at – Taqi )
10.
An – Naqi ( Ali al – Hadi )
11.
Az – Zaki ( Hasan al – Askari )
12.
Al – Hujjah al – Qaim al – Munthadar
Sebagai
kelompok syiah terbesar , syiah Imamiyah ini memakai nama lain yaitu : Itsna Asyriyyh , al – Qathiyah , ar –
Rafidah , ar – Jafa’riyah , dan al – khashshah . Syiah dua belas juga
sebenarnya bukan kelompok yang hanya memusatkan perhatian pada persoalan imamah
semata , tetapi juga terlibat aktif dalam pemikiran – pemikiran keislaman
lainnya , seperti : Teologi, Fiqh , dan Filsafat .
Dalam
teologi sekte ini dekat dengan golongan Muktazilah , akan tetapi dalam
persoalan pokok-pokok agama mereka berbeda . Sedangkan , dalam bidang fiqh
mereka tidak terikat pada suatu mazhab apapun .
2.
Syiah Ismailiyah
Sekte
ini merupakan sekte terbesar kedua setelah sekte Imamiyah . Mereka disebut
dengan sekte Ismailiyah karena mereka menerima keimaman Ismail bin Ja‘far .
Sekte ini menerima keenam imam syiah yang terdahulu . Terbentuknya kelompok ini
lebih dikarenakan perbedaan dalam penetapan penerus imam Jaf’ar ash – Shadiq .
Pada
tahun 148 H / 765 M di kota Kufah sebagian orang syiah memisahkan dirinya .
Pemisahan ini dikarenakan perjuangan melawan Dinasti Abbasiyah . Ide dibalik
perjuangan itu adalah keyakinan bahwa pemerintahan yang berdasarkan keadilan
hanya dapat terwujud bila dilakukan dibelakang kepemimpinan Ismail bin Ja’far (
anak tertua dari imam Ja’far ash – Shadiq ) .
Pada
tahun 297 H pemerintahan pertama berhasil didirikan dan dikenal sebagai
Fathimiyyun . Keberhasilan ini dibawah kepemimpinan imam Ismailiyah .
Ubaidillah al – Mahdi . Pemerintahan Ismailiyah di bangun di daerah Afrika
Utara . Pada tahun itu juga merupakan masa keemasan syi’ah Ismailiyah .
Sedangkan krisis terbesarnya terjadi pada tahun 487 H / 1094 M . Kasus ini
menyebabkan terjadinya perpecahan golongan syiah Ismailiyah menjadi dua bagian
yaitu :
1.
Mustalawiyah , yang diakui secara resmi
dari pemerintahan pusat di Afrika Utara , namun pada tahun 567 H ketika Dinasti
Fathimiyyun runtuh Mustalawiyah dengan sendirinya tidak lagi memiliki kekuasaan
.
2.
Nizariyah , merupakan kelompok yang
memiliki pengikut terbesar , mereka bertempat tinggal di iran . Mereka hanya
dapat bertahan selama 166 tahun yang dikenal dengan masa Alamut . Kekuatan
mereka akhirnya runtuh akibat serangan bangsa mongol . Keruntuhan ini terjadi
pada tahun 654 H / 1256 M .
Adapun
kelompok Khojjah yang adalah kelompok terbesar syiah Ismailiyah saat ini hidup
bertebaran di Jerman , Tajkistan , Khurasan , Afghanistan , dan lain – lain .
3.
Syiah Zaidiyah
Sekte
ini muncul setelah meninggalnya Imam Ali zain al – Abidin , Imam ke – empat
dalam syiah Imamiyah . Nama kelompok ini diambil dari nama pemimpinnya . yaitu
Zaid bin Ali zain al-Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib . Sekte ini muncul
pada tahun 94 H ketika imam an zain al – Abidin wafat .
Saat
itu kelompok syiah terbagi kedalam dua kelompok yaitu :
1.
Kelompok pengikut Zaid bin Ali
2.
Dan , kelompok pengikut Muhammad al –
Baqir bin Ali yang merupakan saudara Zaid .
Kelompok
syiah zaidiyah merupakan kelompok syiah yang moderat , kelompok ini merupakan
sekte yang paling dekat dengan sunni .
Pada
abad ke – dua , perselisihan Muhammad al – Baqir dengan saudaranya Zaid bin Ali
. Muhammad al – Baqir mengklaim bahwa dirinya sebagai imam berdasarkan nash dan
wasiat dari imam yang sebelumnya . Kemudian Zaid bin Ali mengangkat dirinya
sebagai imam di Kuffah .
Pada
fase berikutnya , akibat kelemahan aliran zaidiyah dan serangan dari aliran –
aliran syiah lainnya , dasar – dasar pemikiran aliran ini menjadi goyah atau
kalah dan mati . Karena orang – orang yang membawa nama aliran Zaidiyah tidak
membenarkan pengangkatan imam yang mafhdul ( bukan orang yang terbaik ) .
Sehingga mereka dianggap termasuk aliran yang ekstrem . Mereka adalah yang
menolak dan menentang kekhalifaan Abu Bakar , Umar , Ustman dan begitu
hilanglah ciri khas dari aliran Zaidiyah generasi yang pertama .
Perbandingan
Paham Dalam Mazhab Syiah
Sekte
|
Kualifikasi
Imam
|
Doktrin
|
||||
Jumlah
Imam
|
Dasar
Pengangkatan
|
Harus
Ali?
|
Ismah
|
Ghaibah
|
Inthizar
|
|
Zaidiyah
|
5
|
Isyaratsifat saja oleh Nabi
|
Tidak
, ( Ali afdhal selainnya tidak )
|
Tidak
|
Tidak
|
Tidak
|
Ismailiyah
( Sab‘iyah )
|
7
|
Wasiat
Nabi secara tegas dalam hadist Ghadir Khum
|
Ya
|
Ya,
(tidak pernah berdosa)
|
Ya
|
Ya
|
Imamiyah
(Itsna
Asyariyah)
|
12
|
Wasiat
Nabi secara tegas dalam hadist Ghadir Khum
|
Ya
|
Ya,
(tidak pernah melakukan dosa)
|
Ya
|
Ya
|
C. Pemikiran Imamah Dalam Sekte Syiah
Tujuan
politik utama golongan syiah kebanyakan adalah memiliki pemimpin sejati yang
diakui dan di patuhi . Dalam pandangan syiah mengenai kepemimpinan agama juga
termasuk otoritas politik , melibatkan berbagai konsepsi tentang sifat dasar
otoritas dan menggunakan berbagai metode argumentasi .
Dikalangan
kelompok syiah hampir tidak dikenal bentuk pemisahan antara negara dan agama,
karena setiap bentuk ritual politik disitupun akan ada ritual keagamaannya ,
seperti pada saat pemilihan pemimpin yang mereka sebut dengan imamah , mereka
menganggap bahwa yang berhak menjadi seorang pemimpin adalah dari keturunan
Nabi Muhammad Saw .
Dapat
dilihat bahwa syiah tampaknya lebih politisi jika dibandingkan dengan sunni ,
karena latar belakang syiah pun lahir dari faktor politis ( kekuasaan ) .
Karena dalam persaingan yang terjadi setelah wafatnya Rasulullah Saw . Ali
dikalahkan oleh lawan – lawannya , maka reaksi mula – mula dari para
pengikutnya hanya terbatas pada penyerangan terhadap kesalahan – kesalahan
tertentu dari ketiga khalifah sebelumnya , sebagai bukti baik bagi hak
kepenerusan Ali yang sah .
Adapun
pemikiran syiah terhadap keimaman dapat dirangkum sebagai berikut :
A. Imam
seharusnya dari keturunan Ali – Fatimah , tetapi tidak menutup kemungkinan jika
D
B. Imam
tidak ma’sum , karena imam juga manusia yang berbuat salah dan juga dosa
C. Tidak
ada imam yang bersembunyi jika ada masalah dan tidak sanggup menghadapinya .
Dalam
kepemimpinan golongan syiah menganut teori legitimilasi berdasarkan hak suci
Tuhan. Dan Tuhan telah mendelegasikan hak sucinya kepada para Nabi salah
satunya Nabi Muhammad Saw . Dan beliau telah mewasiatkannya kepada Ali , maka
Ali yang menjadi pemegang hak penuh atas kepemimpinan pasa Nabi Wafat .
Imam
atau khalifah dalam perspektif syiah bukanlah sebatas kelayakan politik semata
, namun imam adalah kepentingan agama , karena bagi mereka kekhalifaan
merupakan merupakan salah satu rukun agama yang fundamental dan disejajarkan
kepentingannya dengan Al – Qu’ran dan As-Sunnah .
Mengingat
kedudukan imam / khalifah yang begitu mulia dan agung , penting serta tinggi ,
maka menurut kepercayaan orang – orang syiah , tidak pantas jika masalah
pemilihan dan pengangkatan imam dilakukan oleh orang yang bukan Nabi , tetapi
haruslah diangkat oleh Tuhan melalui Nabi , atau melalui Ali atau seorang imam
yang mendahului sebagai pemangku hak suci .
Dengan
demikian menurut syiah pengangkatan imam itu adalah hak suci Tuhan , bukan
berdasarkan kepada prinsip pemilihan demokratis . Bahkan ada beberapa golongan
– golongan syiah berpendapat bahwa bukan saja seorang imam itu diangkat oleh
imam sebelumnya , bahkan ruh imam yang sebelumnya itu berpindah kediri imam
yang diangkatnya .
D.
Perkembangan
Aliran Syiah Pada Masa Modern ( Sekarang )
Bertahun
– tahun lamanya gerakan syiah hanya berputar di Iran , rumah dan kiblat utama
golongan syiah . Namun sejak tahun 1979 , persis ketika revolusi Iran meletus dan negeri ini dipimpin
oleh Ayatullah Khomeini dengan cara menumbangkan rejim syiah Reza Pahlevi ,
syiah meresbes ke berbagai penjuru dunia . Kelompok – kelompok yang mengarah
kepada gerakan syiah seperti yang terjadi di Iran , marak dan muncul dimana –
mana .
Perkembangan
syiah , yaitu gerakan yang mengatasnamakan mazhab Ahlul Bait ini memang cukup
pesat , terlebih dikalangan masyarakat yang umumnya adalah awam dalam soal
keagamaan, menjadi lahan empuk bagi gerakan – gerakan aliran sempalan untuk
menggaet mereka menjadi sebuah komunitas , kelompok dan jama’ahnya .
E.
Doktrin
Ajaran Syiah ( Taqiyah )
Untuk
menghalangi perkembangan syiah ini sangatlah sulit . Hal itu dikarenakan syiah
membuat doktrin dan ajaran yang disebut “ taqiyah “ . Apa itu taqiyah ? Taqiyah
adalah konsep syiah dimana mereka diperbolehkan untuk memutarbalikan fakta (
berbohong ) untuk menutupi kesesatannya dan mengutarakan sesuatu yang tidak
diyakininya . Konsep taqiyah ini diambil dari riwayat Imam Abu Ja’far Ash –
Shadiq beliau berkata : “ Taqiyah adalah
agamaku dan agama bapak – bapakku , seseorang tidak dianggap beragama bila ia
tidak ber – taqiyah “ .
Jelas
sudah bahwa syiah mewajibkan konsep taqiyah ini kepada para pengikutnya .
Seorang syiah wajib bertaqiyah di depan siapa saja , baik orang mukmin yang
bukan aliran syiah maupun orang kafir atau ketika kalah beradu argumentasi ,
terancam keselamatannya serta disaat dalam kondisi minoritas . Dalam keadaan
minoritas dan terpojok , para tokoh syiah memerintahkan untuk meningkatkan
taqiyah kepada para pengikutnya agar menyatu dengan kalangan Ahlu Sunnah Wal
Jama’ah ,
Padahal
arti taqiyah menurut pemahaman para ulama Ahli Sunnah Wal jama’ah berdasar pada
Al – Qur’an dan As – Sunnah , taqiyah tidaklah wajib hukumnya , melainkan mubah
, itupun dalam kondisi ketika menghadapi kaum musrikin demi menjaga keselamatan
jiwanya dari siksaan yang akan menimpanya , atau dipaksa untuk kafir dan
taqiyah ini merupakan pilihan terakhir karena tidak ada jalan lain .
Doktrin
taqiyah dalam ajaran syiah merupakan strategi yang sangat hebat untuk
mengembangkan pahamnya , serta untuk menghadapi kalangan Ahli Sunnah , hingga
sangat sukar untuk diketahui gerakan mereka dan kesesatannya .
C. Bab II
( Penutup )
F.
Kesimpulan
Dari
penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa syiah merupakan sebuah kelompok
fanatik yang mendukung Ali bin Abi Thalib , dan juga menggap bahwa Ali &
keturunnya adalah harga mati untuk menggantikan Nabi Muhammad Saw . Setelah
beliau wafat sebagai khalifah . Kehadiran syiah merupakan respon politik serta
bentuk dukungan orang – orang terhadap Ali yang menurut mereka merupakan
pemegang hak tunggal kepemimpinan pasca Nabi .
Namun
seiring berjalannya waktu kaum syiah terpecah – belah menjadi banyak . Dan memunculkan
tiga sekte yang terbesar dan terkenal yaitu :
1.
Sekte Imamiyah .
2.
Sekte Ismailiyah .
3.
Dan , sekte Zaidiyah .
Adapun
alasan terpecah belahnya kaum syiah salah satunya adalah banyaknya perbedaan pendapat
tentang siapa yang akan menggantikan kepemimpinan pasca wafatnya Ali , Hasan
& Husein . Masing – masing sekte juga memiliki beberapa konsep imamah atau
syarat – syarat seseorang yang dapat dijadikan Imam .
D. Bab III
G.
Daftar
Pustaka
Ø Aceh
, Abu Bakar , Perbandingan Mazhab Syiah , C.V. Ramadhani , Semarang , 1970 .
Ø Ali
, Abdullah & Mariana Ariestyawati , Pemikiran Politik Islam , Kencana Media
Group , Jakarta , 2006 .
Ø Iqbal
, Muhammad , Fiqh Siyasah , Prenada Media Group , Jakarta , Buku . I , 2014
Ø Ja’fari
, Fadli Su’ud , Islam Syiah , Uin Maliki Press , Malang , 2009 .
Ø Karim
, Abdul M . Sejarah Peradaban & Pemikiran Syiah , Bagaskara , yogyakarta,
2012 .
Ø Shihab
, M . Qurays , Syiah & Sunni Bergandengan Tangan , Mungkinkah ? , Lentera
Hati , Jakarta , 2007 .
Ø Yusro
, Abdullah , Pemikiran Mazhab Syiah , C.V. Ramadhani , Semarang , 1965.
Ø Zhaheir
, Ihsan Ilahi , Sejarah Pertumbuhan & Perkembangan Gerakan Syiah ,
Bagaskara , Yogyakarta , 2012 .
[1] Abdullah Ali dan Mariana
Ariestyawati , Pemikiran Politik Islam
, ( Jakarta : Kencana Media Group 2006) . h.90
[2]Muhammad Iqbal , Fiqh Siyasah , ( Jakarta : Prenada Media
Group , 2014 ) . Cet . I , h. 131
[3]
Abu Bakar Aceh , Perbandingan
Mazhab Syiah , ( Semarang : C.V. Ramadhani , 1970 ) , h. 84
[4]
Abdullah Yusro , Pemikiran Mazhab
Syiah , ( Semarang : C.V. Ramadhani , 1965 ) , h. 49
[5]
Abu Bakar Aceh , Loc. Cit , h. 1
[6] Fadli Su’ud Jafa’ri , Islam Syiah , ( Malang : Uin Maliki
Press , 2010 ) , h. 19
[7]
Ibid , h. 27-28
[8]M . Abdul Karim , Sejarah Peradaban & Pemikiran Syiah
, ( Yogyakarta , Bagaskara , 2012 ) , h.107
[9]Ihsan Ilahi Zhaheir , Sejarah Pertumbuhan & Perkembangan
Gerakan Syiah , ( Yogyakarta : Bagasraya , 2012 ) , h. 43
[10]
Lihat di http://hudzai .wordpress.com ( Sekte – Sekte dalam Aliran Syiah
)
[11] M . Qurays Shihab , Syiah &
Sunni Bergandengan Tangan Mungkinkah ? , ( Jakarta : Lentera Hati , 2007 ), h.
72